Di tepian ladang, seorang anak memperhatikan ayahnya yang terus saja bekerja dan bekerja, mengemburkan tanah dengan cangkut, membaur pupuk di sekitar tanaman, dan membabat tumbuhan liar di sekiar ladang. Sesekali, si yah harus mencabut lalang. Anak itu terus memperhatikan dengan heran.
" Kenapa ayah melakukan itu? Bukankah lalang itu masih terlalu kecil untuk di cabut?" teriak sianak berjalan mendekat si ayah dengan segalas air ditangan. Siayah mengambil gelas sambil mengelap peluh dengan tangan kirinya.
" Anakku, inilah pekerjaan seoerang petani. Kelak kamu akan tahu " jawab si ayah.
Setelah menegok air dan memanggul cangkul di dekatnya lalu " Nak, hari sudah lewat petang, mari kita pulang " sambil memegang tangan anaknya dan terus melangkah balik.
Beberapa hari kemudian si bapa sakit dan gagal untuk menunaikan kerja harian untuk ke ladang, si bapa amat gelisah kerana gagal untuk ke ladang. Gelisah, gelabah kerana dalam pemikiranya apakah yang sedang berlaku di ladang, apakah lalang terus tumbuh dan mendidak tanam lain, kegelisahan si bapa dapat diperhatikan oleh si anak, dan si anak juga turut susah hati melihatkan kerenah dan tukar laku si ayah.
" Apa yang merunsingkan ayah ? " tanya si anak.
" Ladang kita " jawab si ayah rengkas.
" Bukankah ladang sudah di bersihkan ?, tanaman sudah di baja, di bersihkan, kawasan sudah di pagar serta keadaan tanaman juga terkawal " si anak memberikan keyakinan kepada si ayah.
" Itu belum pasti nak, kelak kamu akan tahu apa yang terjadi di ladang kita " Si ayah dengan penoh yakin dan rasa tanggongjawab memberikan penjelasan kepada si anak sambil melangkah turun anak tangga rumah.
Dengan termengah-mengah mereka dua beranak melangkah ke kebun untuk melihat apakah yang terjadi pada tanaman. Si anak terus berfikir dan membayangkan apa yang terjadi tapi bagi si ayah yang sudah berpengelaman sudah dapat memastikan apa yang terjadi.
Si anak terkejut, terkedu, terpinga-pinga melihat apa yang terjadi, tanaman seperti cabai, tomato sudah terlentok busuk, daun-daun penoh dengan ulat malahan kawasan tanaman pula penoh dengan lalang.
" Kenapa bagini ayah ? " pekek si anak.
" Anakku, inilah yang ayah maksudkan dengan kerja " petani " apakah kamu faham tugas petani kini, kenapa ayah sentiasa runsing, seorang petani bukan setakat menanam, membajak, memagar dan sebainya tapi juga harus merawat dan ianya perlu di lakukan setiap hari "
Si anak hanya mendiamkan diri dan kata-kata ayahnya perlu diberikan pertimbangan untuk masa akan datang dan sudah pasti ianya untuk lebih berjaya.
Kisah petani ini juga ada persamaan dengan ahli politik yang hanya berkunjung sepenggal sekali untuk berjumpa dengan rakyat, juga apakah bantuan setahun, dua tahun 50 tahun sekali boleh dijadikan igauan untuk rakyat?
Beberapa hari kemudian si bapa sakit dan gagal untuk menunaikan kerja harian untuk ke ladang, si bapa amat gelisah kerana gagal untuk ke ladang. Gelisah, gelabah kerana dalam pemikiranya apakah yang sedang berlaku di ladang, apakah lalang terus tumbuh dan mendidak tanam lain, kegelisahan si bapa dapat diperhatikan oleh si anak, dan si anak juga turut susah hati melihatkan kerenah dan tukar laku si ayah.
" Apa yang merunsingkan ayah ? " tanya si anak.
" Ladang kita " jawab si ayah rengkas.
" Bukankah ladang sudah di bersihkan ?, tanaman sudah di baja, di bersihkan, kawasan sudah di pagar serta keadaan tanaman juga terkawal " si anak memberikan keyakinan kepada si ayah.
" Itu belum pasti nak, kelak kamu akan tahu apa yang terjadi di ladang kita " Si ayah dengan penoh yakin dan rasa tanggongjawab memberikan penjelasan kepada si anak sambil melangkah turun anak tangga rumah.
Dengan termengah-mengah mereka dua beranak melangkah ke kebun untuk melihat apakah yang terjadi pada tanaman. Si anak terus berfikir dan membayangkan apa yang terjadi tapi bagi si ayah yang sudah berpengelaman sudah dapat memastikan apa yang terjadi.
Si anak terkejut, terkedu, terpinga-pinga melihat apa yang terjadi, tanaman seperti cabai, tomato sudah terlentok busuk, daun-daun penoh dengan ulat malahan kawasan tanaman pula penoh dengan lalang.
" Kenapa bagini ayah ? " pekek si anak.
" Anakku, inilah yang ayah maksudkan dengan kerja " petani " apakah kamu faham tugas petani kini, kenapa ayah sentiasa runsing, seorang petani bukan setakat menanam, membajak, memagar dan sebainya tapi juga harus merawat dan ianya perlu di lakukan setiap hari "
Si anak hanya mendiamkan diri dan kata-kata ayahnya perlu diberikan pertimbangan untuk masa akan datang dan sudah pasti ianya untuk lebih berjaya.
Kisah petani ini juga ada persamaan dengan ahli politik yang hanya berkunjung sepenggal sekali untuk berjumpa dengan rakyat, juga apakah bantuan setahun, dua tahun 50 tahun sekali boleh dijadikan igauan untuk rakyat?
No comments:
Post a Comment